Dahulu adanya bela diri untuk bertempur dan bertahan dari
serangan lawan penjajah, sehingga mereka yang terlatih dalam pertempuran, tidak
akan menjadi emosi. Siapapun yang terlatih untuk menang, tidak akan menjadi
takut, Dengan demikian, orang bijak akan menang sebelum bertanding
Bedanya dahulu dengan sekarang,
jika awal pembentukannya Kesenian Tari Indonesia (Kesti) Tjimande Tari Kolot
Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH) tahun 1900-an sengaja melatih anggotanya untuk
mempelajari kelid (jurus) silat demi mempertahankan kesatuan Republik
Indonesia, saat ini masanya sudah berbeda, anggota TTKKDH hanya sebuah seni
beladiri yang dibalut dengan keindahan dan ke elokan kelid-kelidnya.
Pencak silat sebagai Seni,
Olahraga serta Prestasi hal tersebut lebih besar didengungkan oleh pengurus
TTKKDH mulai tingkat Pusat yang bermarkas di Provinsi Banten hingga 15 cabang
pengurus provinsinya se-Indobesia dan manca negara. Demikianlah tuturan
Guru/Pelatih TTKKDH Pusat, Edi Darof saat ditemu Tangerang Tribun disela
melatih anggota TTKDH di Baros, Kab Serang Kamis (11/9) lalu.
Tentang pembinaan mental serta
filosofi yang dikedepankan dalam Kesti TTKKDH ini, Edi menuturkan, seni
beladiri ini hanya untuk mempererat tali persaudaraan, silaturahmi dan
mengajarkan manusia bagaimana bisa terbuka dan menerima kehidupan ini dengan
segala kemungkinannya.
"Sebelum masuk perguruan
ini, calon anggota disyaratkan membaca Talek (ikrar), Rujakan (memakan dan
meminum berbagai makanan manis dan pahit, serta Urutan Cimande yang mana
dilakukan hal tersebut untuk memperlues dan memberi kekuatan tubuh,"
terangnya.
Tak
heran makanya, jika dilihat dari sejarahnya, TTKKDH ini merupakan organisasi
persilatan yang mengakar di tanah Banten dan Pasundan dimana kini fungsinya untuk
mengingatkan bahwa Pencak Silat adalah sebuah warisan seni budaya asli
Indonesia yang mempunyai keunikan sendiri.
Menurut
Ketua Kesti TTKKDH Provonsi Banten, H.Hery Heryana, pancak silat sebenarnya
memiliki jatidiri sebagai sistem pertarungan yang handal. "Namun buka itu
yang ditekankan dalam TTKKDH, Selain Sebagai Pencak Silat untuk mempertahankan
diri, TTKKDH merupakan satu kesatuan dengan seni yang memiliki kelengkapan
atraktif," urainya yang juga menyatakan bahwa dalam mempelajari kesenian
pancak silat Cimande ini murut tidak dapat mempraktekknya sendiri, namun harus
ber-fatner yang artinya, Silat Cimande ini hanya dapat dipelajari dengan
kebersamaan.
Tengok
saja misalnya "Kelid Tapak Dua", untuk mempelajari jurus yang satu
ini harus satu lawan satu. Dan banyak lagi jurus lainnya seperti, Ibing,
Pelered, Cikalongan dan Golempangan. "Untuk menyempurnakan mempelajari
Seni Silat Cimande ini, masing-masing murid haru menguasai 21 kelid (jurus)
yang dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah jurusnya," paparnya
lagi.
Kini,
lanjut H.Hery, seluruh jenis seni tari yang diajarkan di dalam TTKKDH seperti
Ibungan, Pelered dan Cikalongan kerap dibawakan sebagai salah satu upacara
sambutan dalam even-even besar kedaerahan bahkan kenegaraan. "Tidak jarang
dalam setia pertemuan besar, para anggota membawakan Seni Silat TTKKDH sebagai
pembuka dan tarian pembuka menyambut tamu yang datang," ujarnya.
Sebagai milik khas masyarakat Banten, Seni Silat TTKKDH ini pantas
berbangga diri, selain telah tersebar di 15 provinsi se-Indonesia seperti,
Lampung, Jakarta, Medan, Palembang, jawa Barat, Kalimantan Timur bahkan sampai
Papua, TTKDH juga telah menyebar hingga ke manca negara seperti Singapura,
Australia dan Belanda.
"Yang mambuat Seni Silat Cimande ini digemari dan disanangi
oleh masyarakat dan anggotanya adalah perbedaan dalam setiap gerakan dan
jurus-jurusnya. Jadi tak heran jika penyebarannya begitu luas, kendati asalnya
dari Bogor, namun Banten dikenal sebagai pencetus organisasinya dan penggerak
penyebarannya," terang H.Hery yang juga putra Sesepuh Kesti TTKKDH,
Lebih jauh H,Hery mengungkapkan sesuatunya tentang TTKKDH. Ada
lagi yang menarik dari Seni Silat Cimande ini, kata Dia. sebelum menjadi
anggota ada beberapa ritual yang harus dilalui oleh para anggotanya. Pertama,
mereka diharuskan mengucapkan "Talek" atau sumpah dimana salah satu
poin yangtertuang dalam Talek tersebut adalah dua kalimat syahadat, selain itu
para anggota ini juga diikrar untuk tidak menyakiti orang lain jika tidak
disakiti.
"Para murid atau anggota kita hanya mempelajari ini untuk
mempertahankan diri dari ketidak baikan dan keburukan perlakukan orang lain
terhadapnya. Sehingga apapun yang terjadi, larangan keras menggunakan jurus
Cimande untuk menyerang orang yang bertindak tidak baik tersebut kecuali dalam
keadaan terdesak," katanya. Hal tersebut mendakan, TTKKDH juga disarankan
terus membawa kedamaian dimanapun ia berada.
Selain Talek lanjutnya, para anggota juga diharuskan melakukan
"Rujakan" sebelum mempelajari Seni Silat Cimande. Rujakan yang
dimaksud, H.Hery menjelaskan, para anggota ini diharuskan melalui ritual berupa
meminum kopi pahit, kopi manis, teh pahit dan teh pahit, Sulasih, Gedang Muci
Emas (pisang mas), Dugan Hijau (kelapa muda), Rokok 7 Warna, Kue 7 Warna,
menyediakan Kembang 7 Warna dan memakan Ayam Jantan (jago).
"Hal ini untuk mengajarkan para murid agar mawas diri dalam
kehidupan, dimana dalam kehidupan ini mereka akan dihadapkan dengan yang manis
dan yang pahit serta beraneka ragam permasalahan. Dengan melakukan ritual tersebut
diharapkan para murid ini siap menjalani hidup duniawi dan dapat menyelesaikan
permasalahan yang daihadapinya," urai H.Hery memaknai ritual di atas
seraya menandaskan bahwa semua yang diajarkan dalam seni TTKKDH adalah
kebijaksanaan-kebijaksanaan hidup dan bagaimana menjalana hidup yang harus
mawas diri dan bersilaturahmi dengan sesama orang yang bisa jadi berbeda
pandangan dan keyakinan. "Dan perlu diingat Seni Pancak Silat TTKKDH
bukanlah untuk Jago-jagoan,"